Negeri Ads

Sabtu, 22 Agustus 2009

Perubahan Itu Indah


Suatu kali di depan sebuah pasar, Nasr-ed-Dien (Nasarudin) sedang memetik gitar dengan hanya memiliki satu not. Beberapa saat kemudian, orang-orang berkumpul mengerumuninya. Salah seorang berkata " Kamu memainkan not yang bagus Mullah. Tapi kenapa kamu tidak membuat variasi seperti umumnya para pemusik melakukannya?" Oh, mereka itu goblok", sahut Nasarudin," mereka mencari-cari not yang pas. Aku sudah menemukannya". Maka dia terus memainkan not yang sama dari waktu ke waktu, karena bagi dia, itulah satu-satunya not yang tepat bagi musik.


Kisah ini menarik untuk menggambarkan, betapa menjemukan hidup yang monoton; Betapa membosankan hidup yang dianggap sudah puncak, kebenaran yang tidak perlu diutak-atik. Padahal hidup yang indah itu selalu menuntut perubahan, variatio delectet. Menyenangkan bukan? karena sehat dan variatif.


Pada dasarnya hidup di dunia ini tidak statis. Banyak hal yang selalu berubah. Tidak ada jaminan bahwa orang bisa meraup seluruh keinginannya. Tidak ada jaminan ketika aku menyatakan "Aku bisa" atau "Aku aman", lalu semuanya terpenuhi. Tidak mungkin manusia memiliki segala hal yang diinginkannya. Tidak ada kekuatan manusia manapun yang bisa menjelankan kehidupan semesta ini menurut skenarionya.


Tanpa kesiapsediaan berubah, orang menjadi mati seperti mayat; tanpa kesediaan untuk mengubah dirinya orang menjadi rapuh dan manja; terikat, tergantung pada unsur-unsur dari luar dirinya; hidupnya ditentukan oleh keluarga, lingkungan, masyarakat, agama dan negara. Tanpa kesediaan berubah, orang menjadi tak bisa bahagia tanpa syarat. Kebahagiaannya ditentukan oleh unsur-unsur luar, bahkan, tragisnya oleh konsep kata-kata, perintah dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar